Kamis, 16 Mei 2019

Mengenal Jenis Jenis Pola Asuh Orang Tua kepada Anak.

Share it Please

Jenis-jenis Pola Asuh      

            Mendengar kata-kata ”pola asuh”, pasti sudah tak asing terdengar di telinga kalian bukan? Ya. Seperti yang telah dipaparkan dalam artikel sebelumnya, istilah pola asuh sangat berkaitan dengan keluarga dan anak. Dapat kita ketahui bersama bahwa menjadi orang tua bukan perkara yang mudah apalagi pada era saat ini banyak sekali fenomena nikah muda yang tidak menutup kemungkinan bagi pasangan-pasangan muda mendapatkan momongan di usia muda. Tidak dapat dipungkiri bahwa, kehadiran seorang anak menambah tanggungjawab orangtua untuk merawat, mendidik dan mengasuhnya serta menjadikannya anak yang cerdas. Anak merupakan harapan bagi setiap keluarga. Jika kita diposisikan sebagai orang tua, tentunya kita berusaha sebaik mungkin melindungi, mendidik anak kita menjadi anak yang cerdas, berbakti kepada orang tua, memiliki akhlak yang baik supaya nantinya dapat berguna bagi keluarga, masyarakat, agama dan bangsanya.
            Untuk mewujudkan harapan-harapan itu kita sebagai orang tua perlu menerapkan tipe pola asuh yang cocok untuk anak kita. Nah, sebelumnya perlu bagi para orang tua untuk lebih mengenal bagamana sih karakter anak kita?, bagaimana sih sifat anak kita? karena setiap anak memiliki sifat pembawaan sendiri-sendiri bisa dipengaruhi oleh faktor genetiknya. Meskipun begitu, karakter anak dapat dilatih dan di didik melalui pola asuh yang tepat. Dengan menerapkan pola asuh, orang tua dapat berinteraksi, membimbing, membina, dan mendidik anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari dengan harapan menjadikan anak sukses menjalani kehidupan ini.
Untuk mendapatkan pemahaman mengenai jenis-jenis atau tipe-tipe pola asuh, mari kita cermati penjelasannya berikut ini,
1.      Pola Asuh Overprotectiveness
            Apa itu pola asuh Overprotectiveness? Melihat dari segi bahasanya saja mungkin kita bisa menebak arti dari pola asuh ini. Istilah over biasa kita artikan “berlebihan” sedangkan protective adalah “perlindungan” jadi bisa kita artikan bahwa pola asuh overprotectiveness adalah pola asuh yang mana orangtua memberikan perlindungan yang berlebihan kepada anaknya.  Pola asuh ini ditandai dengan sikap orang tua yang cenderung berlebihan dalam melindungi anaknya. Pada pola asuh ini orang tua berperan dalam segala aktivitas anak seperti menemani tidur, memandikananak, memakaikan pakaian anak, menyuapi makan anak, padahal dalam jika kita perhatikan sesuai dengan tugas perkembangan anak seharusnya sudah mampu sendiri untuk melakukan hal-hal tersebut secara mandiri.
            Tentunya penerapan pola asuh yang seperti ini  memiliki dampak tersendiri pada anak. Salah satu dampak dari pola asuh ini adalah anak akan terlalu tergantung dengan orang tuanya. Dimasa dewasanya ia akan selalu mencari perhatian orang lain.

2.      Pola Asuh Permissiveness
            Yang selanjutnya adalah pola asuh Permissiveness, apa itu Permissiveness? Istilah kata “Permissive” biasa diartikan sebagai “memberikan izin, suka mebolehkan”.  Dalam pola asuh ini orang tua cenderung membolehkan anak melakukan berbagai hal tanpa adanya kontrol dari orang tua. Orang tua membebaskan segala aktifitas yang dilakukan anak tanpa mengekang anak. Contohnya seperti ketika anak mau bermain, orang tua memberikan kebebasan kepada anak kemanapun dan dimanapun anak bermain. Meskipun pada akhirnya anak merasa senang, hal itu juga memberikan pengaruh  terhadap tingkah laku anak.
            Salah satu dampak yang muncul dari pola asuh ini adalah ketika orang tua membatasi aktivitas anak maka anak akan cenderung untuk melawan orang tuanya karena sebelumnya ia di bebaskan dalam melakukan segala hal apapun.
3.      Pola Asuh Rejection
            Selanjutnya adalah pola asuh rejection. Istilah kata “rejection”  dapat diartikan sebagai “penolakan” yang artinya pada pola asuh ini ditandai dengan sikap orang tua yang cenderung acuh tak acuh atau tidak peduli terhadap kesejahteraan anak. Pola asuh ini sering di sebut dengan sikap penolakan terhadap anak. Hal itu mungkin disebabkan karena kehadiran anak tidak diharapkan oleh keluarga ataupun pasangan suami istri tersebut yang dilatarbelakangi oleh pernikahan yang tidak diinginkan atau tidak bahagia. Alasan lain dari penolakan terhadap anak ini bisa jadi karena kehadiran anak tidak seperti harapan orang tua. Seperti halnya jika awalnya mereka menginginkan anak laki-laki tetapi ternyata lahir anak perempuan ataupun kehadiran anak belum diinginkan oleh pasangan.
            Disini dapa kita ketahui ada beberapa dampak yang muncul akibat penerapan opola asuh yang seperti itu diantaranya adalah anak akan cenderung agresif (gelisah, tidak patuh, suka bertengkar, prestasi belajar rendah, pemalu, mengasingkan doiri, penakut, dll)

4.      Pola asuh Acceptance
            Apa itu pola asuh acceptance itu? Istilah kata “acceptance” kita kenal dengan “penerimaan atau sikap menerima”. Sikap pada pola asuh ini ditandai dengan adanya penerimaan orang tua terhadap anak yang ditunjukan dengan sikap yang mendukung minat dan cita-cita anak untuk mampu mencapainya dengan baik. Sikap orang tua yang menghormati anaknya dan menghargai perasaan anaknya, merasa tidak terbebani dengan kehadiran anak bagaimanapun keadaan anaknya. Pada pola asuh ini orang tua memberikan kebebasan anak untuk berkreasi serta membangun komunikasi yang baik dan selalu terbuka kepada anak selama tidak menyalahi aturan yang ada. Perlu kita ketahui bersama, pola asuh yang seperti ini adalah pola asuh yang baik. Anak akan merasa sangat dihargai dan bermakna.
             Dampak yang muncul pada penerapan pola asuh yang seperti ini adalah anak akan memiliki jiwa sosial yang tinggi, koperatif, rama, setia, emosional stabil, ceria, tanggungjawab, peduli, jujur, dapat dipercaya dan memiliki perencanaan yang baik.


5.      Pola asuh Domination
            Seperti yang sering kita temui, istilah “domination” bermakna “menguasi” dalam hal ini orang tua mendominasi ataupun menguasai segala kegiatan dan aktivitas dalam keluarga, anak dituntut untuk tunduk terhadap orang tua, dalam hal ini orang tua mengatur segala kegiatan anak dan anak tidak di berikan kebebasan untuk memilih hal ia suka. Terkadang sikap orang tua yang seperti ini membuat anak-anak tertekan. Bukankan begitu, kita pernah menjadi anak-anak dan melalui masa kanak-kanak. Hal hal yang bersifat seperti ini pasti membuat kita jengkel. Begitu juga dengan anak-anak yang lain. Mereka tidak diberikan peran dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga. Tanpa mereka sadari hak mereka tidak terpenuhi.
            Dampak dari sikap orang tua dalam pola asuh ini adalah anak akan mampu bersikap sopan, jujur dan hati-hati namun meski begitu anak juga akan cenderung menjadi sosok yang pemalu, patuh, sadar diri, tuinduk dan senditif, merasa tidak mampu, inferior, bingung dan terhambat.
6.      Pola Submission to Child
           
Yang terakhir adalah pola asuh Submission to Child. Kira-kira apa yang dimaksud dengan pola asuh Submission to Child ini? Istilah kata ”submission” itu sendiri diartikan sebagai “pengajuan”. Pada pola asuh ini orang tua yang tunduk dengan anaknya. Segala sesuatu diajukan kepada anaknya untuk membuat keputusan. Dalam hal ini orang tua cenderung takut dengan anak, membiarkan anak untuk mendominasi rumah dan keluarga.
            Perlu kita ketahui dampak dari pola asuh ini adalah anak akan cenderung tidak taat, dan tidak bertanggungjawab. Anak akan seenaknya sendiri, menentang orang tua, agresif, keras kepala , antagonis dan ceroboh.
Selain enam model pola asuh diatas, berikut ini ada 4 model pola asuh yang di ungkapkan oleh Baumrind. Mari kita perhatikan bersama, apa saja empat pola asuh tersebut.
1.      Pola Asuh Otoriter (parent oriented)
Kira-kira apa ya yang dimaksud pola asuh otoriter? Ada yang tahu? Ya, otoriter sendiri memilki arti “memaksa” artinya orang tua cenderung memaksakan kehendaknya kepada anak. Perlu kita ketahui, ciri pola asuh ini  menekankan pada segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua.
2.      Pola Asuh Permisif
     Seperti halnya pola asuh permissiveness yang telah dibahas di atas pola asuh permisif ini memiliki makna yang sama. Sifat pola asuh ini, children centered yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak.
3.      Pola Asuh demokratis
Pola asuh demokratis ini salah satu pola asuh yang sangat baik. Segala keputusan dibuat bersama-sama dengan mengajak anak berdiskusi. Perlu kita ketahui ya, pada pola asuh ini kedudukan antara anak dan orang tua sejajar. Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Disini  anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus di bawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral.

4.      Pola Asuh Situasional
            Yang terakhir adalah pola asuh sitiasional. Pola asuh ini dikenal degan pola asuh yang lebih santai. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini, tidak berdasarkan pada pola asuh tertentu, tetapi semua tipe tersebut diterapkan secara luwes disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu.
            Dari beberapa pola asuh diatas, penerapan tipe pola asuh yang digunakan oleh orang tua harusnya disesuaikan dengan karakter anak supaya lebih efektif. Baiklah.. semoga uraian penjelasan dari pola asuh dapat bermanfaat bagi kita semua. Harapannya, orang tua lebih bijaksana dalam mendidik anak dengan menerapkan tipe pola asuh yang cocok.
 “Pahamilah karakter anak anda, pilihlah gaya pola asuh yang sesuai dengan diri anda dan anak anda karena bagimanapun kata pepatah, sebaik-baiknya kita menanam maka kita akan tuai kebaikan pula”



Sumber: Isni Agustiawati,2014, Pengaruh pola asuh orangtua terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS di SMA Negeri 26 Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Blogroll

About