Sabtu, 18 Mei 2019

Pentingnya Pendidikan Karakter pada Masa Kanak-kanak

Share it Please

  

            Hey pasti dari kalian sudah mengenal lebih dalam apa itu parenting, bagaimana saja tips & trick dalam melakukan parenting. Tentunya mendengar kata parenting sudah tidak asing lagi, bahkan ketika mengetikan di google tentang parenting banyak di muat dengan relativitas pandangan masing-masing, kita sebagai orang tua pasti ingin yang terbaik bagi anak, oleh karena itu pemilihan metode parenting yang sesuai dengan anak adalah kekuatan untuk menciptakan anak dengan karakter yang kita inginkan. Pada artikel kali ini kita akan membahas pentingnya pendidikan karakter pada anak, mari kita lanjut ke inti pembahasan.
            Apa sih yang dimaksud masa kanak kanak? Masa kanak-kanak dimulai dari usia 2 sampai 6 tahun untuk bisa kita berikan pendidikan karakter  dan  masa kanak-kanak juga disebut
masa-masa keemasannya atau yang kita kenal dengan sebutan fase Golden Age, karena pada
masa ini perkembangan fisik serta psikis anak mulai berkembang serta mampu merespon
stimulus yang ada di lingkungannya. Secara biologis, jadi bisa dikatakan pada masa ini anak
berkembang secara pesat namun dalam hal sosiologis masih memerlukan arahan dari
lingkungan terutama pada posisi keluarga, karena keluarga merupakan tonggak pertama bagi
sang anak dalam berperilaku. Masa ini juga merupakan dasar bagi anak dalam mengembangkan
kemampuan motorik, kognitif, bahasa, sosioemosi, bahkan dalam hal beragama juga moral.
            Seorang tokoh psikologi Jean Piaget mengemukakan bahwa tahap perkembangan anak usia dini pada masa umur 0 sampai 2 tahun meliputi tahap sensorik serta motorik dimana pada tahap ini anak mulai melakukan peniruan dan mengingat terhadap hal-hal yang ada disekitarnya entah dalam konotasi baik maupun buruk. Sedangkan pada usia 2 sampai 7 tahun merupakan tahap pra
operasional, pada tahap ini terjadi perkembangan kemampuan dalam bahasa, berfikir secara
simbolik, menggunakan logikanya meskipun masih bersangkutan dengan pandangan orang
lain. Pada masa keemasannya inilah penting bagi keluarga dalam mengembangkan karakter
kepribadian pada diri anak, seperti yang sering kita dengar di masyarakat “bahwa buah jatuh
tidak jauh dari pohonnya” semboyan itulah yang terkadang menjadikan penilaian baik
buruknya sikap anak tergantung dari hasil didikan orang tua. Meskipun si anak berasal dari
keluarga baik-baik kalaupun karakter yang terbentuk pada anak buruk tetap saja akan
menumbuhkan keburukan bagi si orang tua juga keluarganya. Sehingga penting bagi kita dalam
mengembangkan karakter pada anak, karena pada masa itu juga anak belum mengerti baik
buruknya hal yang di contohkan oleh orang tuanya bahkan dampak si anak melakukannya
sehingga kita mudah untuk mengimplementasikan pendidikan karakter sejak sedini mungkin.

            Di Indonesia sendiri bisa kita lihat bahwa dalam sekolah misalnya saja, penilaian
terhadap seorang siswa selalu dilihat dari nilai yang ia dapat meskipun si anak bandel bahkan
sering bolos dalam kelas apabila dalam setiap tugas yang diberikan oleh gurunya mendapatkan

nilai baik maka ia akan diluluskan dalam kata lain ia akan naik kelas. Disitulah kita lihat bahwa
karakter anak bahkan tidak dilihat sama sekali. Sampai parahnya yang sering terjadi di
lingkungan kita adalah pembulian dimana banyak kasus bullying terhadap sesama teman yang
menimbulkan traumatis bahkan lebih jauhnya melakukan bunuh diri. Inilah problematika dalam pendidikan karakter anak sehingga terkadang banyak orang tua yang mengedepankan akademis dibanding penanaman karakter, nilai, moral, budi pekerti, dan etika yang baik. Namun bukankah kita mahluk sosial? Bukankah kita perlu untuk menjalin hubungan baik dengan sesamanya? Bukankah kemampuan bersosial juga sangat penting di lingkungan kerja dan rumah tangga anak kedepannya? Bukankah alangkah baiknya kita jaga keseimbangan anak dalam (IQ) intelegent quotient, (EQ) emotional quotient, (SQ) spiritual quotient, dan (AQ) adversity quotient? Mari kita mulai bangun kembali generasi bangsa yang memiliki bekal dalam segala aspek karena menurut kami para penulis Indonesia saat ini mengalami degradasi dalam hal moral, attitude, budi perkerti, sopan santun, ramah, dll.
            Pendidikan karakter meliputi pendidikan mengenai nilai, budi pekerti, moral serta
watak yang bertujuan mengembangkan pemikiran serta sikap anak dalam menangani baik
buruknya tindakan yang ia lakukan serta mewujudkan kebaikan-kebaikan dalam
kehidupannya. Karakter pada diri seseorang sangat erat kaitannya dengan lingkuangan serta
kelompok (teman sebaya) dalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu juga, terdapat faktor yang
mempengaruhi karakter anak seperti adanya faktor bawaan dimana itu merupakan gen dari
kedua orang tuanya, berikutnya faktor lingkungan itu sendiri, serta yang terakhir tempat tinggal
si anak tersebut. Apabila si anak berasal dari keluarga baik-baik dan lingkungan yang ia dapat
juga baik namun apabila ia tinggal di tempat yang mempunya pengaruh buruk bagi si anak
akan mempengaruhi karakter yang terbentuk.
            Perkembangan moral misalnya, perkembangan ini melibatkan pikiran, perasaan, serta
tindakan mengenai aturan serta kebiasaan saat ia melakukan interaksi terhadap orang lain. Jean
Piaget mempelajari bagaimana anak-anak menangani permasalahan seperti mencuri,
berbohong, serta keadilan. Ia menyimpulkan bahwa pemikiran mengenai moral anak dicapai
dengan 2 tahap yaitu moralitas heteronom dan moralitas otonom. Moralitas heteronom
menyatakan bahwa dalam pikiran anak-anak, keadilan dan aturan-aturan merupakan sifat-sifat
dunia yang tidak dapat berubah. Sedangkan, moralitas otonom menyatakan bahwa anak-anak
mulai menyadari bahwa aturan yang ada memerlukan si anak untuk mempertimbangkan
tindakannya serta konsekuensi yang akan ia terima.
           
    Keluarga, yups pasti pembaca banyak yang setuju bahwa keluarga adalah menjadi yang utama dalam membentuk karakter sang anak mulai dari penciptaan kondisi keluarga yang kondusif bagi sang anak, seperti tidak bertengkar di depan anak, menghindari pembicaraan yang kurang baik dll.  Dukungan serta edukasi yang memiliki penjelasan yang mampu diterima oleh sang anak. Kita tidak boleh hanya melarang, mengarahkan namun kita juga harus memberikan unsur edukasi bagi sang anak. Pada periode masa kanak-kanak juga biasa disebut dengan play stage dimana anak lebih aktif berekspolasi dengan permainan dalam hal ini dukungan dan naungan dari orang tua diperlukan, bukankah banyak orang tua yang masih salah menilai anak kecil bermain adalah hal yang kurang baik? Biarkanlah anak bereksplorasi, bila perlu ajak anak ke taman bermain yang dimana memungkinkan anak memiliki interaksi dengan orang lain dan mengajarkan anak terhadap suatu fenomena-fenomena yang terjadi. Seperti menolong teman yang terjatuh, berbagi makanan ataupun minuman yang dimili sang anak, banyak hal kecil yang akan membentuk anak memiliki karakter yang kuat dan pendirian yang teguh. Karena karakter yang kuat inilah yang memilimalisir efek determinasi oleh lingkungan. Tentunya para orang tua sekalian tidak ada yang ingin ketika kita membentuk karakter anak sudah baik dan ketika anak berada di lingkungan yang kurang baik jadi terbawa bukan?
            Melalui PAUD yang merupakan sebuah lingkup pendidikan yang menjadi sarana untuk
mengembangkan karakter anak setelah orang tua dapat dijadikan pilihan bagi para orang tua
yang ingin menambah wawasan bagi si anak. Dalam PAUD, anak bukan hanya diajak bermain
ataupun menyanyi saja melainkan juga akan diajarkan contoh-contoh pengalaman ataupun
kejadian yang diterapakan oleh gurunya dan melatih si anak untuk berperilaku sesuai norma di
lingkungannya. Adapun strategi khusus dalam mengembangkan karakter si anak dalam lingkup
PAUD seperti melalui media permainan atau musik misalnya, kedua, mengembangkan panca
indera yang dimilikinya guna agar si anak mampu membedakan kondisi yang dialaminya,
ketiga, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, dan yang terakhir dengan

memberi kesempatan bagi si anak untuk memahami serta mengamalkan nilai-nilai serta norma
yang sudah ia peroleh. Namun hal ini juga menjadi pertentangan ada yang setuju namun tidak sedikit juga yang menolak adanya PAUD. Dari pandangan kami sebagai penulis lebih setuju bahwa keluarga adalah pembentuk utama karakter anak, dan anak usia dini membutuhkan pendampingan orang tua sepenuhnya, alangkah baiknya orang tua peka dan tidak memaksakan kehendak sang anak untuk berada di PAUD, dan apabila sang anak memang nyaman berada di lingkup PAUD orang tua disarankan untuk memberikan pendampingan sepenuhnya dan kami mohon untuk “Jangan menjadikan PAUD sebagai tempat penitipan anak dibalik kesibukan yang anda miliki”.
          Organisasi, pasti banyak yang setuju bahwa organisasi adalah salah satu factor dalam membentuk karakter sang anak? Kenapa tidak kita ajarkan anak untuk berorganisasi sedini mungkin? Seperti membentuk organisasi yang beranggotakan anggota keluarga, saudara dan lain-lain. Dari hal ini kita ajarkan anak bagaimana leadership, bagaimana organisasi berfungsi, dll. Dari hal ini anak bisa kita beri penugasan, tanggungjawab, rasa disiplin, dan mengajarkan anak untuk menanamkan self management sejak dini. Dari sini orang tua sebagai ketua organisasi tidak disarankan untuk memili pola pemimpin yang diktator, namun leadership dari orang tua serta edukasi akan membuat anak lebih paham dan mengerti akan hal yang kita ajarkan.
            Pembekalan ilmu sosial, untuk mengondisikan siswa berlatih dan membiasakan diri konsisten dalam berperilaku sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dipahami. Untuk itu, siswa dibiasakan agar terampil, interpretatif, dan mampu mengkomunikasikan gagasan yang dimiliki. Kita untuk membentuk karakter anak sedari dini karena apabila kita salah dalam membentuk karakter anak di masa mendatang si anak akan sulit dalam menempatkan dirinya disaat ia mendapat kesulitan. Sekian mungkin sedikit hal yang dapat penulis bagikan mari kita ajak para orang tua untuk lebih aware dalam belajar parenting & semoga bermanfaat.
Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Blogroll

About